Assalamualaikum Sahabat MATSNUEPA,

Dalam segmen potret ini kami ingin membagikan kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh yang terkait dengan MTs NU Pakis. Tujuannya jelas, bahwa dengan mengetahui bagaimaimana kisah para tokoh-tokoh ini, kita dapat mengambil pelajaran berharga tentang kehidupan dan bagaimana menjalaninya.

Pada kesempatan pertama ini, kami ingin membagikan kisah salah satu guru di MTs NU Pakis, Pak Nasai namanya. Pak Nasai adalah guru Bahasa Indonesia di MTs NU Pakis. Menurut keterangan dari beliau pada video “potret guru pedagang bawang” yang diunggah di Youtube MTs NU Pakis, beliau telah mengajar di MTs NU Pakis sejak tahun 1999. Ketika itu, beliau masih berusia 30 tahun, terbilang pada usia paruh baya. Beliau mengaku bahwa awalnya keterlibatan beliau di MTs NU Pakis adalah karena pesan dari guru beliau yang menyampaikan untuk mau mengajar di lembaga milik masyarakat bunut itu sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat dan mengamalkan ilmunya kepada generasi muda.

Terbilang tak nampak menua, Pak Nasai yang sedari dulu dikenal muridnya senang bercanda ini mengungkapkan bahwa ini adalah keuntungan menjadi guru yang selalu bergelut dengan anak-anak. “Sukanya menjadi guru itu salah satunya adalah awet muda, karena kita harus memahami atau bahkan mengikuti cara anak-anak bergaul” terang Pak Nasai. Tetapi memang, menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang, Pak Nasai yang terbilang sudah senior di MTs NU Pakis seringkali merasa kesulitan dalam menyiapkan perangkat pembelajaran dan administrasi lainnya. “Apalagi sekarang, dengan seringnya kurikulum berganti dan masifnya penggunaan teknologi, orang-orang tua seperti saya harus ekstra dalam mempelajari semuanya. Tetapi, ya buktinya saya 20 tahun masih bertahan di sini untuk anak-anak,” terangnya lebih lanjut.

Pak Nasai mengungkapkan, bahwa gaji seorang guru berapapun itu sebenarnya juga diberi bonus “keberkahan” yang luar biasa dari Allah SWT. “Saya tidak menggantungkan kebutuhan hidup saya pada honorarium sebagai guru. Berapapun itu sebenarnya sudah ada bonus keberkahan ketika kita mau mengajar di madrasah.” Oleh karenanya juga, selain mengajar beliau juga berdagang bawang beberapa tahun belakangan ini. Hal ini disampaikan pak Nasai juga sebagai upaya untuk menjaga niatnya dalam mengajar agar lebih lurus bukan hanya untuk materi.

Pagi sampai siang harus mengajar, pak Nasai memanfaatkan waktu setelah subuh untuk mengirim dagangannya ke pasar-pasar sekitar rumahnya sehingga tetap bisa datang tepat waktu ketika waktunya mengajar tiba. Pak Nasai menjelaskan “Setelah subuh, biasanya saya habiskan waktu 30 menit untuk mengaji, setelah itu bawang putih dan bawang merah yang kemarin siang sudah saya siapkan saya antar ke pasar Pakis, pasar Tumpang dan beberapa pasar lain yang sesuai dengan jangkauan saya.” Kembali pak Nasai menekankan bahwa dalam mengajar, menjaga niat untuk tulus mengajar sebagai sebuah ibadah juga harus dibarengi ikhtiar mencari sumber ekonomi yang sesuai dengan peluang dan kemampuan masing-masing guru. Sehingga niat awal dalam mengajar dapat terjaga secara lebih maksimal karena juga tidak hanya berpangku pada gaji dari madrasah. Ini adalah bentuk perjuangan yang dilakukan pak Nasai setidaknya dalam 20 tahun beliau mengajar di MTs NU Pakis.

Semoga menginspirasi!

Kontributor : Rifqy Ulinnuha